Wonton dari Tanah Tionghoa, Kembali Jaya di tahun 2023
Kanekbae.com – Tak dapat dipungkiri budaya kuliner di Indonesia tak terlepas dari budaya luar, mulai dari India, Eropa, hingga China. Sampai saat ini pun, masyarakat masih lekat dengan pengaruh kuliner asing tak terkecuali budaya Tionghoa yang terbilang memiliki pengaruh besar di Indonesia, terutama sektor kuliner. Namun, perlu diketahui, meskipun adanya pengaruh dari budaya luar atau biasa dinamakan proses akulturasi citarasa di setiap negara atau wilayah memiliki ciri khas masing-masing. Perlu diketahui budaya Tionghoa termasuk budaya tertua dan kompleks di dunia, tak heran apabila terkenal hingga mancanegara. ‘Memasak’, termasuk dalam kekayaan budaya tradisional China, dibuktikan dengan menjamahnya restauran-restauran China di benua benua besar seperti Asia, Eropa dan Amerika.
Khazanah kuliner Indonesia yang semakin kaya, diakui tak lepas dari campur tangan dapur Tionghoa, proses akulturasi di sektor kuliner ini terbilang aspek budaya yang sangat diterima dengan baik di masyarakat di Indonesia. Contoh saja yang sekarang sedang hype oleh warga Malang yaitu adanya Wontonoma. Wonton merupakan sajian sup kuah khas Tiongkok, sajian ini terbuat dari adonan tepung yang dipipihkan hingga menjadi lembaran tipis yang nantinya akan digunakan sebagai kulit. Sedangkan untuk isiannya bervariasi berupa potongan ikan, olahan ayam, daging cincang maupun sayuran. Cara membungkusnya pun memiliki aturan teknik maupun bentuk yang berciri khas yaitu seperti bentuk gumpalan awan atau seperti kapal lalu bagian akhir di rebus dan dihidangkan seperti sup atau berkuah.
Arti kata wonton sendiri bermakna menelan awan, penamaan tersebut karena bentuk wonton yang seperti gumpalan dilapisi kulit berwarna putih dan teksture nya pun lembut, sehingga mempresentasikan bentuk awan. Wonton atau biasa disebut Pangsit merupakan bukti adanya budaya asing yang diterima dan melalui proses pencampuran dua kebudayaan tanpa menghilangkan unsur asli budaya yaitu Tionghoa. Tentu dalam proses tersebut dilakukan upaya untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia, dari segi bentuk yang sudah dimodifikasi, teknik pengolahan maupun cita rasa. Adanya pangsit di dalam sajian bakso maupun mie ayam contohnya, terbilang juga proses akuturasi yang absah dimana pengaruh antar budaya diterima dan mendapat nilai maupun hidangan baru.
Meskipunn apabila ditelaah, lambat laun proses akulturasi akan menghilangkan jati dir i budaya asli Tionghoa, tak heran banyak masyarakat mengira bahwasanya pangsit termasuk dalam hidangan khas Indonesia karena masuk dalam sajian bakso maupun mie ayam. Namun, memang sejatinya pangsit merupakan wonton sajian khas daratan China, hanya saja pangsit melalui tahap modifikasi seperti teknik pengolahan yang digoreng maupun direbus, isian yang dimodifikasi sedemikian rupa di sesuaikan dan dari bentuk yang beraneka ragam.
Wontonoma tak menghilangkan cirikhas Tionghoa yang Melekat
Berbeda dengan bisnis kuliner satu ini yang menyungsung wonton sebagai sajian bintang utamanya yaitu wontonoma. Tanpa menghilangkan unsur khas oriental dari wonton dan etnis Tionghoa, Pioner wonton atau pangsit pedas di Indonesia ini tetap mempertahankan arsitektur maupun aplikasi estetika penyajian yang kental dengan budaya tionghoa. Dari segi bentuk masih lekat dengan rupa segitiga gumpalan, bentuk tersebut begitu khas berbeda dari pangsit lainnya sehingga mengikat daya tarik. Lalu adanya tulisan ‘Hanzi’ bahasa mandarin ditambah warna merah dominan di Interior maupun dikemasan menambah embience budaya Tionghoa yang sangat melekat. Alat makan yang dipilih mengguanakan sumpit juga termasuk bagian dari kebudayaan Tionghoa yang memiliki filosofis tersendiri. Proses modifikasi yang dilakukan dengan menambah sensasi pedas dengan pilihan level. Peluang yang dilakukan tepat sasaran, karena memang lebih dari 50% warga Indonesia menyukai citarasa pedas. Sajiannya juga hanya terdapat 2 macam saja yaitu goreng dan kuah pedas sesuai dengan level yang diinginkan, dengan tambahan bumbu-bumbu seperti taburan daun bawang dan citarasa yang telah disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia menjadikan wontonoma digandrungi akhir-akhir ini. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam hanya dengan Rp18.000 temankane dapat menikmati seporsi wonton! Udah ngiler belum nih setelah mengetahui soal wonton citarasa Indonesia ini? jadi tunggu apalagi nih temankane cuss berngakt ke wontonoma terdekat kalian yaa!