kanekabe.com

Marak Kopitiam yang Sekarang jadi Pusat Perhatian

Marak Kopitiam yang Sekarang jadi Pusat Perhatian

Kopitiam di Malang yang khas dengan warna merah menyala menjadi trendsetter kaum muda (sumber: timkanekabe.com/Putri Fadhila)

Kanekabe.com —- Akhir-akhir ini khusunya Kota Malang disuguhkan beragam tempat ngopi yang mulai berinovasi dan memberikan sesuatu yang berbeda dari coffee shop ataupun tempat ngopi lainnya. Penggunaan kata merek “kopitiam” cukup menarik banyak perhatian, entah dari masyarakat ataupun mereka pengusaha  tempat kopi. Seperti kita tahu  nih temankane, kopi telah menjadi minuman primadona masyarakat kita, ditambah animo yang melonjak sehingga mendorong meningkatnya kuantitas gerai kafe ataupun coffee shop  yang terus menerus buka setiap bulannya. Tentunya bisnis warung kopi terlihat menjanjikan baik untuk skala di desa hingga perkotaan, skala kecil (UMKM) hingga skala besar untuk dapat meraup keuntungan. Tak terkecuali di Kota Malang,  dengan potensial mahasiswa yang sedang merantau, wisatawan yang berkunjung ke kota Malang maupun masyarakat lokal sendiri.  


Seperti diketahui persaingan bisnis menuntut pengusaha pintar dalam melihat peluang maupun memiliki strategi dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang bervariasi. Oleh karenanya pengusaha harus berupaya agar mendapat perhatian khalayak ramai dengan menciptakan sesuatu yang berbeda. Penyebutan tempat kopi dengan tambahan “kopitiam” akhir-akhir ini cukup memikat dan menarik perhatian. Arti dari Kopitiam sendiri bermakna Kedai Kopi, tiam disini bermakna kedai. Mulanya kopitiam merupakan salah satu metode penjualan kaki lima yang menjual makanan maupun minuman ringan di Malaysia dan Singapura dengan mengusung warung terbuka yang dilalui banyak orang (strategis). Sedangkan, sebutan kata kopitiam ini berasal dari perantau Hainan dan Kontong (Tiongkok) yang mencoba bisnis kuliner dengan membawa budaya  daerah asal mereka di wilayah Semenanjung Malaya. Warga Tionghoa sendiri sudah terbiasa dengan penggunaan panggilan kedai kopi yang dikelola orang Tionghoa dengan sebutan Kopitiam. Sebaliknya, apabila kedai kopi tersebut bukan dikelola non Tionghoa maka panggilannya menjadi kedai kopi saja.

Salah satu interior kopitiam yang otentik dengan nuansa Tionghoa di Kota Malang yaitu Laoban Kopitiam (sumber: timkanekabe/Putri Fadhila)
Salah satu interior kopitiam yang otentik dengan nuansa Tionghoa di Kota Malang yaitu Laoban Kopitiam (sumber: timkanekabe/Putri Fadhila)

Tak heran mengapa kopitiam begitu kental dengan budaya Tionghoa Melayu termasuk dari citarasa makanan hingga nuansa yang dibangun. Hal tersebut yang membedakan kopitiam dengan kafe maupun kedai kopi lainnya.  Perkembangan nama kopitiam lazimnya digunakan di Singapore, Malaysia hingga akhirnya lambat laun masuk dan merambah pasar Indonesia.  Terbilang berkembang pesat hingga dikenal luas terutama oleh masyarakat Medan, Batam dan sekitarnya (Sumatra). Mengingat kopitiam dianggap sebagai warisan budaya Tionghoa di lintas batas Asia Tenggara, tentu memiliki perbedaan pengelolaan dan lainnya dengan yang tradisional (Malaysia dan Singapura). Perbedaan dari segi pengelolaan bisa kita temui, biasanya pemilik kopitiam asli atau yang tradisional di Singapura dan Malaysia menyewakan tempat atau kedainya bagi mereka para penjual makanan, sehingga pemilik hanya fokus pada minuman yang disajikan. Sedangkan disini tidak disewakan dan dikelola sendiri oleh pemilik.

Didukung oleh penampilan dan tatanan letak dapur di depan dan dekorasi yang mednukung semakin membuat animo masyarakat penasaran dengan kopitiam (sumber: tim kanekabe.com/Putri Fadhila)
Didukung oleh penampilan dan tatanan letak dapur di depan dan dekorasi yang mednukung semakin membuat animo masyarakat penasaran dengan kopitiam (sumber: tim kanekabe.com/Putri Fadhila)

Adanya perubahan dari segi gaya hidup, kebiasaan, selera masyarakat yang semakin beragam menuntut pelaku bisnis sekreatif mungkin dengan ide-ide barunya. Kriteria konsumen untuk datang biasanya dilihat dari produk, harga, lokasi dan kualitas layanan.  Empat faktor tersebut lambat laun bergeser bukan lagi menjadi alasan utama dalam memenuhi keinginan masyarakat. Saat ini masyarakat dengan animo suasana atau tema yang diusung memiliki daya tariknya sendiri tak terkecuali kopitiam. Store atmosphere  atau suasana toko yang khas apabila menggunakan nama kopitiam begitu memikat masyarakat saat ini. Dengan ciri khas interior bernuansa Tionghoa nyatanya dapat membuat mereka bersedia mengunjungi kedai kopitiam. Dapat dikatakan kopitiam di Malang memberikan identitas kedai kopi yang dikomunikasikan kepada konsumen melalui dekorasi, nuansa, tatanan tempat duduk maupun meja dan tampilan keseluruhan. Dilihat dari beberapa kedai dapat  di identifikasi identitas dari kopitiam seperti, adanya tulisan atau hiasan di tiap kedai seperti adanya tulisan dan bahasa china. Penerangan yang dominan dengan menggunakan lampu kuning, jika diperhatikan juga dekorasi menggunakan keramik garis putih di setiap kedainya. Tak lupa tatanan  tempat duduk dan meja yang pasti menggunakan kayu dan terkadang adanya sekat triplek antar meja. Dari segi warna di setiap kopitiam selalu dominan dengan warna merah, hijau maupun putih. Gelas yang masih otentik terdapat ukiran atau yang masih terbuat dari seng (cangkir jadul) semakin menambah dekorasi atau tampilan otentik dari kopitiam.

 

 Selain penampilan, mereka juga menyuguhkan menu makanan dan minuman yang sesuai dengan tema yang diusung atau signature dish yang berbeda dari kafe lainnya. Menu yang selalu tersedia di setiap kopitiam yaitu butter coffe, nasi kungpao, nasi hainan, laksa dan roti srikayanya. Tak heran apabila pengunjung sangat menikmati atmosfer yang berbeda dari kedai kopi biasanya yang lebih cenderung ke modern. Kesan yang diberikan oleh pemilik kopitiam di Malang berhasil dalam mengimplementasikan atmosfer nuansa Tionghoa, seperti Laoban kopitiam, Kongca,   Kopitiam 99, Pengyu  kopitiam maupun Liqi kopitiam.

jadi mau pilih kopitiam yang dimana nih temankane??

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *