Kenalan dengan Kerupuk: Kudapan Pelengkap buat Makan Jadi Lahap
Siapa tak mengenal kerupuk? “kriukk..” bunyi khas yang dihasilkan menjadi pelengkap saat menyantap makanan. Apalagi di Indonesia, kerupuk sudah tidak asing lagi karena selalu menjadi selingan di setiap hidangan atau santapan. Kerupuk sendiri masuk dalam salah satu jenis makanan kering dan sering dijadikan salah satu lauk atau pelengkap pada makanan karena rasa gurih renyah yang dihasilkan dapat menambah selera makan. Terdapat berbagai macam bentuk dan bahan-bahan yang beragam, seperti kerupuk putih/blek, kerupuk ikan dan bawang menjadi jenis kerupuk yang populer dan umumnya sering dijumpai. Dilihat dari pasar industri komoditi penjualan kerupuk memiliki potensi yang baik.
Apa lagi didalam negeri, potensinya cukup menjanjikan karena dapat dilihat dari beberapa daerah di Indonesia memiliki ciri khas jenis kerupuknya masing-masing nih temankane. Meskipun penyebaran yang luas, bukan hanya Indonesia saja yang mengenal dan mengonsumsi kerupuk tetapi negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, China dan lain-lain. Itulah mengapa hingga saat ini asal muasal kerupuk masih tidak jelas. Pada dasarnya krupuk pasti mengalami tiga tahap, pertama yaitu pembuatan, pengeringan dan terakhir pemasakan.
Apabila dilihat dari jejak sejarah, ternyata kerupuk sudah menjadi makanan pendamping sudah bertahun-tahun lamanya. Dikutip dari Kompas.com (09/08/2020), bahwasanya sejarah kerupuk sudah menjadi makanan pendamping sejak dulu kala, karena “kerupuk” sudah tercatat sebelum abad ke-10 masehi dalam naskah jawa kuno. Pernyataan tersebut dipaparkan oleh Fadly Rahman seorang sejarawan dan penulis buku jejak rasa nusantara. Kerupuk rambak menjadi salah satu jenis kerupuk paling tua dan sudah lama dikonsumsi, diperkuat dengan adanya prasasti Batu Pura yang bertuliskan kerupuk rambak. Kerupuk rambak sendiri terbuat dari kulit sapi atau kerbau, karena dulunya masyarakat Minangkabau memodifikasi kerupuk kulit babi dari Tionghoa yang masuk sekitar abad 18, karena mayoritas masyarakat beragama islam maka dimodifikasi menggunakan kulit sapi atau kerbau.
Berbeda dengan pulau jawa, tepatnya pada abad-19 tanah jawa menghasilkan banyak tanaman rambat yaitu singkong, tak heran apabila masyarakat memproduksi kerupuk aci yang berbahan dasar singkong. Sistem kasta juga diperlakukan pada zaman dahulu dengan dua kerupuk populer yaitu rambak dan aci, kerupuk kulit diperuntukan bagi golongan bangsawan sedangkan kerupuk aci dikonsumsi oleh kalangan bawah. Sedangkan untuk kerupuk udang atau ikan yang sering kita temui, bermula dari masyarakat melayu yang mengandalkan hasil laut di abad ke-19. Tak heran, di Indonesia terdapat beragam jenis kerupuk dan setiap sajian makanan sudah berpasangan dengan krupuk tertentu. Seperti berbagai makanan Indonesia yaitu gado-gado yang kerupuknya berbahan dasar bawang atau emping, rawon dengan krupuk udangnya, lalu pangsit mie dengan kerupuk pangsit, kerupuk puli dengan khas pecel semangginya dan masih banyak lagi lainnya.
Tekstur nya yang garing menjadi daya pikat bagaimana masyarakat sangat gemar makanan yang satu ini. Untuk menghasilkan kerupuk umumnya dilakukan dengan tiga tahap penting yaitu proses pembuatan yang terdapat beragam komposisi dan adanya proses pengukusan, lalu tahap pengeringan menjadi proses yang mendukung kerupuk dapat mengembang dan bertekstur renyah dan tahap terakhir penggorengan. Tahap penggorengan juga beragam, umumnya biasa menggunakan minyak, tetapi ada juga yang menggunakan pasir atau bahkan dibakar, dan ada juga yang menggunakan teknik dua kali proses penggorengan. Menjadi daya pikat utama saat mengonsumsi, tekstur renyah menjadi perhatian bagi para produsen saat memproduksi kerupuk. Adonan kerupuk berhasil mengembang merupakan hasil dari terjadinya gelatinisasi saat proses pengukusan. Mudahnya, gelatinisasi merupakan hasil pati yang mengalami proses penambahan uap air dan suhu panas sehingga diperoleh adonan yang mengembang karena air terperangkap di dalam pati. Itulah mengapa kandungan yang ada di dalam kerupuk yang utama yaitu zat pati.
Setelah adonan jadi, proses selanjutnya yaitu dicetak atau dipotong. Sama halnya dengan komposisi dan takaran bahan, tiap produsen memiliki selera yang berbeda-beda dalam hal pemotongan atau bentuk. Tahap selanjutnya pengeringan, umumnya di Indonesia masih menggunakan tenaga matahari, namun tak dipungkiri ada beberapa yang menggunakan teknologi terbarukan sehingga dapat mempercepat proses pengeringan. Tahap pengeringan ini biasanya beberapa produsen memilih untuk langsung mengemasnya dan diperjualbelikan, sehingga menjualnya dalam bentuk mentah yang memiliki banyak keunggulan seperti dapat disimpan dengan jangka waktu yang panjang. Proses selanjutnya yaitu proses penggorengan di tahap ini krupuk akan mengembang lebih besar dari bentuk awalnya, proses ini terjadi karena peningkatan suhu panas dan tekanan uap yang mengakibatkan gel pati mengalami pengembangan sehingga terbentuk rongga-rongga udara di dalam kerupuk. Itulah mengapa kerupuk bisa mengembang dari bentuk aslinya dan menghasilkan kualitas kerupuk yang renyah dengan tingkat tinggi.
Berdasarkan fungsi dan kandungannya, Kerupuk hanyalah makanan tambahan lauk pauk. Meskipun memiliki kandungan bergizi atau protein tetapi peranannya sangat kecil, sehingga tidak dikategorikan sebagai pangan utama. Justru Kandungan didalamnya penambah sumber kalori, karena proses penggorengan menyebabkan kandungan minyak yang banyak.
Jadi ingat temankane meskipun nagih waktu makan kerupuk, tetap dalam batas wajar ya dalam mengkonsumsinya!