Kayutangan Adem Ayem, Sajikan Jajanan Khas Nusantara Bernama Jemblem
Kanekabe.com – Kue tradisional yang populer di beberapa daerah di Indonesia ini kini kian meredup keberadaannya. Terlihat sesekali hanya berada pada upacara adat atau hari perayaan saja. Berbentuk bulat berwarna kecoklatan dengan isian gula merah menjadi rasa yang sederhana, tetapi memiliki sejuta makna. Jemblem namanya, terdengar unik dan jenaka. Sedikit melipir ke Kayutangan Kota Malang, terdapat Toko Riang yang menjual jemblem kaya akan cita rasa. Ternyata toko ini sudah berdiri lama, lalu sekarang bagaimana keadaannya?
Sekilas Tentang Toko Riang
Identik dengan penutup teralis besi tua, toko riang berdiri sejak 1923 tepat pada masa gerilya. Jika dilihat kembali, toko ini memang sengaja untuk tidak di renovasi. Tak ingin tampil dengan desain terkini, karena memang ingin menyuguhkan sepercik histori. Melansir dari kumparan.com, toko ini sempat beberapa kali beralih fungsi. Mulai dari toko untuk membeli kebutuhan sehari-hari hingga toko buku bacaan referensi.
Sekitar tahun 1993 sang pemilik yang bernama Darwanto menyekat toko menjadi dua bagian untuk dimanfaatkan sebagai kafetaria yang memiliki esensi. Menu sederhana berupa makanan Jawa, meski sang pemilik berdarah Tionghoa asli. Rumah makan sederhana tersebut menjual nasi goreng, cap cai, cah sawi, dan bakmi.
Jemblem
Seolah membuka lorong waktu bagi muda-mudi, jemblem di Toko Riang sudah ada sejak tahun 2000an. Dahulu di warung kecil dan sederhana ini dikunjungi pelanggan setia untuk sekedar makan siang setiap hari. Mereka menikmati sejumlah kudapan yaitu jemblem dan singkong dengan secangkir kopi.
Awalnya dulu ada orang mau titip jual jemblem, saya dikasih testernya dulu. Terus ternyata rasa manisnya enak bukan gula biasa. Lah kok pas dititipin di sini rasanya kok sudah beda. Saya itu orangnya sensitif, jadi kalau bukan gula beneran langsung cekot-cekot kepala saya. Dari situ saya bikin sendiri,“ ujar Endah sebagai pewaris Toko Riang saat diwawancarai tim kanekabe (21/08/2023).
Terdengar dari namanya, tentu saja jemblem berasal dari Pulau Jawa. Penyebutannya pun juga berbeda-beda, di Jawa Barat bernama “misro” sedangkan di Jawa Tengah bernama “klenyem” sebagai sebutannya. Jemblem terbuat dari singkong parut dan gula merah sebagai isiannya. Jemblem memang kudapan sederhana, tetapi di Toko Riang justru menjadi menu andalan mereka. Soal rasa tak usah lagi ditanya memang tak ada duanya, karena menggunakan bahan dan melalui proses yang sempurna.
“Kalau saya bikin sesuatu, saya itu selalu mengibaratkan yang beli kondisinya seperti saya. Jadi, bahannya ya nggak yang aneh-aneh. Jadi, orang yang beli itu bisa senang dan bahagia dengan apa yang saya jual,” ujar Endah.
Selalu mengutamakan rasa, tak dapat dipungkiri memang jemblem di toko ini memiliki tekstur lembut dan rasa manis pada singkongnya. Gula merah yang lumer pada isiannya juga sangat legit dan terasa seperti gula merah pada aslinya. Tak perlu merogoh kocek terlalu banyak, jemblem ini dijual dengan harga Rp2.500,00 saja. Harga tersebut pembeli sudah bisa menikmati jemblem yang kaya akan cita rasa dengan memandang Kayutangan yang indah berasa seperti di Jogja.
Pembangunan Kayu Tangan Jadi Dampak Bagi Sektor Makanan
Dilansir dari news.republika.co.id, Wali Kota Malang, Sutiaji telah menyulap Kayutangan Heritage dengan memadukan desain tata kota dari dua daerah yang indah nan rupawan. Dalam hal ini menyatukan nuansa di Jalan Malioboro dan Jalan Braga yang ramai dikunjungi wisatawan. Tahun 2023 telah menjadi saksi bagaimana indahnya Kayutangan dihiasi lampu-lampu dan tempat duduk untuk sejenak bersinggah dan bersandaran. Tak terlupa banyak toko dan kafeteria baru yang mengusung tema modern bahkan ada seperti masa kolonial Belanda yang tak terlupakan. Tentu saja banyak penduduk lokal dan wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi Kayutangan. Inilah yang menjadi dampak bagi sektor makanan. Salah satunya Endah (67) pewaris Toko Riang yang kini merasakan bahwa dagangannya lebih laris terjual.
“Dulu-dulunya ya nggak ramai mas, jam 05.00 sore aja udah sepi. Berkat adanya trotoar ini jadi rame, tiap hari ada aja yang beli kalau nggak jemblem ya singkong. Senang rasanya kalau disini dikhususkan untuk pejalan kaki. Semuanya menguntungkan, yang punya toko untung, karena lebih laris daripada dulu dan pembelinya juga untung,” ungkap Endah.
Jemblem singkong isi gula merah ini hanya bisa ditemui di warung-warung sederhana saja, tetapi terkadang juga masih dijual oleh pedagang kaki lima. Meski bisa dibilang eksistensinya digerus habis modernisasi, Toko Riang tetap tetap berpedoman pada jati diri. Untuk temankane yang ingin mencicipi jemblem yang nikmat, temankane bisa datang ke Kayutangan dan mengunjungi Toko Riang.