kanekabe.com

Eksentrik Etika Makan Ala Budaya Tiongkok

Eksentrik Etika Makan Ala Budaya Tiongkok

Kanekabe.com — Manusia memang tak luput dari adanya etika, bahkan etika yang harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari adalah etika saat makan. Etika makan memang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun dan mengakar dalam berbagai budaya. Setiap budaya memiliki etika makan berbeda, jelas hal ini memang tidak bisa disamakan dengan budaya lainnya karena menyesuaikan dengan keadaan umumnya. Etika makan menjadi cerminan bagaimana kita bersikap terhadap suatu budaya, seperti halnya di Tiongkok yang menganggap mengetuk meja merupakan etika makan.  Etika makan di negara tersebut terkenal cukup unik, lantas apa saja etika makan tersebut?

 

Membasuh alat makan sebelum makan

Biasanya pelayan restoran Tiongkok menyediakan mangkuk besar berisikan air atau teh untuk wadah membasuh alat makan, bukan berarti alat makanan yang akan digunakan kotor ya temankane, tetapi  ini merupakan suatu kebiasaan yang sudah turun temurun.

 

Menunggu orang tua untuk mengangkat sumpit terlebih dahulu

Sebagaimana pada standar budaya Tiongkok, baiknya tidak mendahului orang tua untuk mengangkat sumpit terlebih dahulu. Karena ini merupakan adat sopan santun temankane terhadap orang yang lebih tua

 

Aturan menggunakan sumpit

Hindari menggunakan sumpit secara vertikal saat mengambil makanan, ini melambangkan sebuah kematian. Temankane juga harus tau, menancapkan sumpit pada makanan sangatlah tidak etis karena bentuknya menyerupai dupa untuk orang yang sudah meninggal. Hindari juga bermain-main dengan sumpit ya temankane, ini merupakan salah satu larangan karena dianggap tidak sopan.

 

Mengetuk meja

Saat sesi minum teh secara bersama, mengetuk meja menggunakan jari tangan secara pelan merupakan bentuk apresiasi dari rasa bersyukur kita terhadap makanan yang sudah disantap.  Melansir dari lifestyle.okezone.com sejarah awal mula mengetuk meja berawal dari Dinasti Qing yang mana saat itu Kaisar Qianlong sedang mengunjungi sebuah kedai teh. Lalu, sang pemilik kedai menuangkan teh untuk sang kaisar dan temannya. Karena situasi saat itu sedang menyamar, maka mereka menyentuh jarinya sebagai isyarat sedang menunduk dengan tangan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *