Bubur Tradisi Jawa, Makanan yang Selalu Hadir Dalam Setiap Fase Kehidupan Manusia
Kanekabe.com — Dalam kehidupan tradisi orang Jawa, acara selamatan menjadi acara yang paling penting. Setiap pencapaian dalam kehidupan orang Jawa selamatan menjadi simbol cara manusia mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya kehidupan manusia selalu mengharapkan keberkahan dan keselamatan untuk mengingat keterbatasan dalam dirinya. Makanan merupakan salah satu kebutuhan setiap manusia. Makanan bukan menjadi persoalan hanya dalam gizi semata, salah satunya makanan kerap dikaitkan dalam suatu kebudayaan. Makanan tradisional menjadi simbol atau identitas pada suatu daerah tertentu, seperti masyarakat Jawa yang selalu menjadikan makanan yang satu ini sebagai simbol dalam setiap berbagai acara penting masyarakat Jawa. Kepercayaan masyarakat tersebut kemudian dipadukan dengan berbagai kearifan lokal yang menjadikan perpaduan yang sangat harmonis. Eksistensi dalam adat masyarakat sampai saat ini tetap diwariskan dari generasi ke generasi, selain itu juga menjadi kelestarian dalam makanan tradisional. Makanan tradisional yang masih ada sampai saat ini dan dinilai begitu penting dalam kehidupan masyarakat Jawa adalah bubur merah putih.
Bubur merah-putih selalu menjadi bagian dalam acara tradisi Jawa. Masyarakat Jawa mengartikan bubur merah dan putih sebagai simbol penolak bala atau menghindarkan manusia dari segala keburukan atau sial. Bubur merah putih ini selalu hadir dalam setiap acara kelahiran, ulang tahun, pernikahan, kehamilan, musim panen, weton, dan lainnya. Acara bancakan, syukuran, selamatan bubur merah dan putih menjadi sajian yang dibagikan setelah menghaturkan doa dan harapan. Bubur merah putih juga kerap disimbolkan dengan bentuk meningkatkan silaturahmi dan berbagi kebahagiaan serta panjatan doa dan syukur manusia. Bubur merah putih ini dapat juga disebut dengan bubur sengkolo bubur ini terbuat dari beras yang dicampur dengan gula aren dan santan. Dalam bubur ini terdapat dua bubur setiap porsinya. Pertama, bubur beras yang dimasak campur dengan gula aren yang disebut bubur merah. Bubur kedua merupakan bubur beras yang dimasak campur dengan santan disebut dengan bubur putih. Selain cara masak yang berbeda makna dari bubur ini pun juga memiliki makna yang tersendiri-sendiri. Bubur merah dapat disimbolkan dengan indung telur, sedangkan bubur putih dapat disimbolkan dengan sperma. Bubur merah putih sendiri dapat diartikan sebagai peran kedua orang tua dalam setiap kehidupan seorang anak. Orang tua menjadi perantara dalam memulai kehidupan seseorang di dunia. Selain itu bubur merah putih juga diartikan sebagai simbol perwujudan tulang dan darah, karena warna merah dan putih pada bubur ini. Keberadaan bubur tersebut menjadikan simbol bagi manusia kembali kepada kesucian dan pengantar doa atau harapan manusia yang terlahir di dunia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bubur merah putih ini sudah ada sejak zaman Hindu-Budha, tepatnya ketika agama islam mulai masuk ke nusantara. Nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat pada saat itu sedikit bergeser. Bubur merah putih ini menjadi simbol doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bubur merah putih yang dibagikan kepada masyarakat sekitar tetangga atau sanak saudara menjadi sebagai amal sosial. Masyarakat Jawa pada saat itu beranggapan bahwa pelaksanaan doa tidak dipanjatkan begitu saja. Berbagai ragam sesaji yang telah dibuat diartikan dengan kesungguhan dalam kita memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan, bubur merah putih dalam islam diartikan sebagai doa bil isyarah. Doa yang ada direalisasikan melalui suatu lambang atau simbol, hal itu membuat tujuan dari doa yang dipanjatkan kemungkinan terkabul lebih besar. Selamatan dalam tradisi Jawa menghadirkan bubur merah putih ini sebagai kesungguhan manusia dalam mengharapkan sebuah kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga sebagai bentuk wujud terbentuknya dimensi sosial doa. Dalam setiap acara selamatan para tetangga atau saudara berkumpul untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk orang yang mempunyai hajat tersebut. Dalam acara tersebut juga sebagai perekat silaturahmi antara sesama dan sekaligus menjadi kesempatan untuk berbagi nikmat dan rezeki. Keragaman budaya menjadi salah satu aset terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia. Melestarikannya adalah kewajiban seluruh masyarakat Indonesia. Hendaknya eksistensi budaya masih tetap ada dan terus digulirkan kepada para generasi berikutnya.
Bagaimana temankane ternyata bubur merah memiliki andil yang penting dalam kehidupan kita bukan?