kanekabe.com

Ampo, Camilan Tradisional dari Tanah Liat yang Keunikannya Memikat

Ampo, Camilan Tradisional dari Tanah Liat yang Keunikannya Memikat

Ampo, camilan khas Tuban yang berasal dari tanah liat. Makanan wajib saat dihidangkan dengan teh ataupun kopi (Gambar : tirto.id/shulfianahelmi)

Kanekabe.com – Indonesia memang terkenal akan banyaknya macam suku dan budaya, hal lain yang menjadi keunikan adalah Indonesia memiliki ragam makanan khas unik dalam setiap daerah. Makanan khas dari berbagai macam tersebut lebih akrab kita kenal dengan makananan tradisional, setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri guna membentuk identitas dari daerah tersebut. Makanan tradisional memiliki banyak macam, salah satu contohnya adalah Ampo, Ampo merupakan makanan tradisional khas Tuban, Jawa Timur. Uniknya makanan ini terbuat dari tanah liat, tekstur dari tanah liat yang digunakan harus lembut serta bebas dari berbagai komponen dari pasir, kerikil, maupun batu. Pada umumnya, ampo dikonsumsi sebagai camilan yang dihidangkan bersama kopi atau teh. Bentuk dari camilan ini seperti stik gulung atau wafer roll (astor) dengan warna hitam legam. Bagi beberapa Mayarakat Tuban, ampo merupakanan camilan wajib dikonsumsi pada sore hari.

Awal mulanya ampo diperuntukkan untuk wanita yang sedang ngidam atau hamil, namun lama kelamaan para masyarakat biasa kian ikut mengkonsumsi camilan ini. Camilan ini dinilai memiliki manfaat untuk kesehatan seperti dapat membantu menjaga kondisi perut agar selalu nyaman dan membantu melindungi tubuh dari virus maupun bakteri, dikarenakan sifat dari tanah liat mampu mengikat mikroorganisme berbahaya seperti mikroba, patogen, dan virus. Meskipun ampo menjadi makanan yang menjadi bagian dari sebuah budaya serta manfaat yang dihasilkan oleh ampo baik untuk kesehatan, tentunya masih ada resiko yang tidak bisa dihindari, khususnya seperti risiko di telur parasit, seperti cacing gelang yang mampu bertahan hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah dan dapat menimbulkan masalah, namun hal ini sudah menjadi pertimbangan lebih bagi sebagian masyarakat yang mengonsumsi ampo. Walapun adanya resiko tersebut, nyatanya ampo masih menjadi makanan yang disorot oleh sebagian masyarakat karena memiliki tektstur yang unik dan gurih serta dapat bertahan lama.


Sejarah Ampo

Berdasarkan dari sejarahnya, awal mula kemunculan ampo sudah ada sejak zaman penjajahan. Kala itu masyarakat kesusahan untuk menemukan makanan, hingga akhirnya para masyarakat memanfaatkan endapan tanah aluvial sebagai bahan makanan. Mengutip pada jurnal Kualitas Mikrobiologis Jajanan Ampo di Tuban Jawa Timur, karya Ulfiyatin yang menyatakan saat ini ampo dijual dengan harga yang terbilang murah dengan patokan harga hanya 3.000 tiap kilogramnya. Selain dimakan sebagai camilan, ampo kerap digunakan sebagai pelengkap untuk sesaji dalam acara larungan atau sedekah bumi.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ampo pun terbilang tidak ribet karena hanya membutuhkan 2 bahan saja yakni, tanah liat yang bebas dari pasir dan kerikil, serta air secukupnya.


Cara Membuat Ampo

 Dalam proses pembuatan ampo dibagi menjadi beberapa bagian seperti berikut:

  1. Tanah liat pilihan yang sudah dipisahkan dari pasir dan kerikil dijadikan satu lalu dibersihkan dan dibentuk menjadi bentuk persegi berukuran besar, guna memudahkan diparut menggunakan bambu. Bambu yang digunakan untuk memarut tanah liat haruslah tajam dan perlu diruncingkan terus menerus.
  2. Guna mencegah lengket dalam setiap prosesnya, maka tambahkan air sedikit demi sedikit
  3. Adonan dipukul-pukul menggunakan palu atau kayu untuk mengompresnya sehingga menjadi lebih padat.
  4. Apabila ampo telah berubah menjadi bentuk yang panjang seperti astor, maka langkah selanjutnya adalah mengeringkannya secara alami di bawah sinar matahari hingga mengeras, hal ini bertujuan untuk untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam proses pengasapan atau pembakaran ampo.
  5. Jika ampo sudah mengering, langkah selanjutnya adalah proses pengasapan. Proses pengasapan tersebut kurang lebih memakan waktu sebanyak 30 menit, namun jika ampo tidak melalui proses penjemuran, maka waktu pengasapan akan memakan lebih banyak waktu sekitar satu hingga satu jam setengah.
  6. Jika sudah matang, sajikan dengan secangkir teh atau kopi.

Secara kesimpulannya, makanan ampo dari tanah liat merupakan sebuah inovasi tradisional yang menarik perhatian karena keunikan dan kelezatannya. Namun, konsumsi makanan ampo perlu dilakukan dengan kehati-hatian dan bijaksana ya temankane.

Gimana nih? Temankane tertarik nggak buat nyobain makanan unik yang satu ini? Atau temankane udah pernah coba? Yuk komen dibawah!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *